Peningkatan Nilai Kalor Produk pada Produk Proses Bio-drying Sampah Organik

Authors

  • Sandra Santosa Program Studi Kajian Lingkungan dan Pembangunan, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang
  • Soemarno Soemarno Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang

Abstract

Sampah adalah barang-barang atau benda-benda yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Sampah merupakan masalah sehari-hari yang dihadapi oleh seluruh lapisan masyarakat baik di kota, maupun di desa, negara maju maupun negara berkembang. Banyak pemanfaatan dan pengelolaan sampah belum memadai padahal jika sampah hasil produksi masyarakat kota dimanfaatkan akan mampu menghasilkan energi panas. Sampah mempunyai potensi untuk menjadi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan memiliki nilai kalor tinggi yaitu melalui proses bio-drying lalu dilanjutkan dengan proses densifikasi atau pembriketan untuk membentuk sebuah briket. Adanya energi panas ini dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan alat bom kalorimeter. Nilai kalor sampah tergantung dari kandungan kadar air dalam sampah, sisa makanan mempunyai nilai kalor 5875,5689 kal/gr, sampah daun 5334,4857 kal/gr, sampah kayu/ranting 5975,5871 kal/gr, persentase kadar air tertinggi adalah sampah kayu/ranting sekitar 13,7495% dari total volume sampah yang ada di TPA. Nilai kalor sampah organik dapat ditingkatkan melaui proses  Bio-drying, yaitu pengelolaan fraksi organik sampah padat perkotaan dan rumah tangga (MSW) untuk mengurangi kadar air sehingga dapat dijadikan untuk recovery energi karena memungkinkan produksi energi. Ini dilakukan untuk mendapatkan bahan yang terbaik dan memiliki nilai kalor yang tinggi pada pembuatan briket sebagai bahan bakar alternatif.

Kata kunci: Sampah, kadar air, nilai kalor, bio-drying.

Downloads

Issue

Section

Articles